CADANGAN BEKALAN YANG PERLU DALAM MENGISI RAMADHAN

Ramadhan dijelaskan oleh Rasulullah saw sebagai syahrul azhim
mubarak, yakni bulan yang sangat agung dan berlimpah keberkahan serta
kebaikan. Bulan yang pada sepuluh hari pertamanya tercurah rahmat,
sepuluh hari keduanya berlimpah maghfirah (ampunan) dan sepuluh hari
terakhirnya pembebasan dari api neraka.

Masih banyak lagi keutamaan yang menghampar di bulan Ramadhan.
Tapi semua itu tidak mungkin dapt diraih tanpa ada persiapan-persiapan
yang serius. Di sinilah peranan para dai, ustaz, ulama dan organisasi
Islam sangat diperlukan untuk menggerakkan tau'iyah Ramadhan, yakni
memberi panduan dan kesedaran kepada masyarakat tentang Ramadhan
dengan segala keutamaannya serta bagaimana menyikapi dan
mengisinya.

Keperluan untuk memberi panduan dan kesedaran Ramadhan bukan
hanya menjelang Ramadhan tetapi harus dilakukan seawal mungkin agar
nantinya ketika masuk pada bulan Ramadhan masyarakat sudah faham
bagaimana mengisi Ramadhan dengan kesedaran dan kefahaman yang
tinggi, sehingga mereka dapat memberi tumpuan kepada ibadah di bulan
Ramadhan ini seoptimum mungkin
Betapa pentingnya pembekalan mengisi bulan Ramadhan ini dapat di lihat
senarionya di zaman Rasulullah. Para sahabat Rasulullah yang
keimanannya sudah mantap, masih lagi diberi taujihat (pengarahanpengarahan)
oleh beliau ketika akan memasuki Ramadhan. Inikan pula
kita yang keimanan jauh dari taraf sahabat – sahabat di zaman Rasulullah

Bekal Utama

Secara pribadi, setiap muslim wajib membekali dirinya dengan persiapan
optimum yang berkaitan dengan ibadah Ramadhan agar secara internal
bersedia memasuki bulan Ramadhan.

Ada dua persiapan penting yang harus dilakukan dalam rangka tau'iyah
Ramadhan, yakni mempersiapkan pribadi setiap muslim (i'dadun nafsi)
mempersiapan bi'ah (persekitaran) yang kondusif.

Persiapan pribadi itu terdiri dari lima hal. Pertama, I'dad Ruhi Imani, yakni
persiapan ruh keimanan. Orang – orang yang soleh biasa melakukan
persiapan ini seawal mungkin sebelum datang Ramadhan. Bahkan
mereka sudah merindukan kedatangannya sejak bulan Rejab dan
Sya'ban. Ini dapat dilihat dari doa mereka, "Ya Allah berikanlah kepada
kami keberkatan pada bulan Rajab dan Sya'ban, serta sampaikanlah kami
kepada Ramadhan."

Dalam rangka persiapan ruh keimanan itu, dalam surah At-Taubah Allah
melarang kita melakukan berbagai maksiat dan kezaliman sejak bulan
Rajab. Tapi bukan bererti di bulan lain dibolehkan. Hal ini dimaksudkan
agar sejak bulan Rejab iman kita sudah meningkat. Boleh dikiaskan,
bulan Rejab dan Sya'ban adalah masa pemanasan (warming up)
sehingga ketika mula start memasuki Ramadhan kita sudah boleh
meluncur seperti biasa

Kedua, adalah I'dad Jasadi, yakni persiapan fizikal. Untuk memasuki
Ramadhan secara fizikal, kita perlukan tahap kesihatan yang lebih baik
dari biasanya. Sebab, jika fizikal lemah, kemuliaan-kemuliaan yang
dilimpahkan Allah di bulan Ramadhan memungkinkan kita tidak dapat
meraihnya secara optimum. Makanya, pada bulan Rajab Rasulullah dan
para sahabat membiasakan diri melatih fizikal dan mental dengan
melakukan puasa sunnah, banyak berinteraksi dengan al-Qur'an, biasa
bangun malam (qiyamul-lail) dan meningkatkan urusan mengambil tahu
dan mengambil berat ehwal masyarakat.

Ketiga
, adalah I'dad Maliyah, yakni persiapan harta. Jangan salah faham,
persiapan harta bukan untuk membeli keperluan logistik buka puasa atau
kuih-muih lebaran sebagaimana yang menjadi tradisi kita selama ini, tapi
untuk melipatgandakan sedekah, karena Ramadhan merupakan bulan
membanyakkan sedekah. Pahala bersedekah pada bulan ini berlipat
ganda dibanding bulan biasa.

Keempat, adalah I'dad Fikri wa Ilmi, yakni persiapan fikiran dan ilmu. Agar
ibadah Ramadhan dapat di optimumkan diperlukan bekal wawasan dan
tashawur (persepsi) yang benar tentang Ramadhan. Caranya dengan
membaca berbagai bahan rujukan dan menghadiri majlis ilmu tentang
Ramadhan yang boleh membimbing kita beribadah Ramadhan dengan
sempurna sesuai tuntutan Rasulullah. Menghafal ayat-ayat dan doa-doa
yang berkait dengannya, menguasai berbagai masalah dalam fiqh puasa
dan lain-lain juga penting dilakukan.

Selain persiapan-persiapan individu tersebut, persiapan sosial juga sangat
penting dalam mewujudkan Ramadhan yang sempurna, kerana
betapapun semangatnya seseorang itu menyambut Ramadhan, tetapi
kalau persekitarannya tidak selari dengannya seperti jika dia berada di
tengah masyarakat yang mengambil enteng puasa, maka peribadi
tersebut akan terkena juga pengaruh dan godaannya.
Pengkondisian persekitaran itu perlu dilakukan di mana saja. Di rumah
misalnya, sebaiknya memberi semangat anak-anak dengan nasihat
tentang puasa, dibelikan kain sejadah atau mushaf Al-Quran yang baru.
Di persekitaran luar dipasang berbagai publisiti seperti spanduk, sticker,
brosur dsb untuk mengingatkan masyarakat tentang Ramadhan dan
keutamaannya.

Tak kurang pentingnya, masjid dan mushalla hendaknya dihias lebih
indah, bersih dan nyaman. Sehingga, orang yang berada di dalamnya
merasa lebih selesa, tenteram serta merasai suasana ramadhan. Begitu
juga dengan kegiatannya harus beraneka-ragam dan bersepadu. Jangan
cuma tarawih dan buka puasa bersama (ifthar jama'i) saja tapi buat
halaqah Qur'an, tadarus bersama, kajian tafsir dan fiqih dan lain-lain.
Laksanakan program sebanyak-mungkin supaya masyarakat boleh
menyerap ke dalam warna Islami agar ia berkesinambungan juga diluar
bulan Ramadhan.

Puasa yang Berjaya
Ibadah Ramadhan yang berjaya dan terbaik adalah yang berhasil meraih
ketaqwaan dan boleh mempertahankannya untuk selama sebelas bulan
berikutnya. Untuk mencapai kejayaan ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan. Pertama, meningkatkan kualiti puasa yang tidak hanya
menahan diri daripada makan dan minum tetapi juga melatih jiwa untuk
boleh berfikir dan berperilaku hidup Islami.

Kedua, meningkatkan interaksi dengan al-Qur'an. Inilah hikmahnya Al-
Qur'an diturunkan pada bulan Ramadhan agar kita mengambil iktibar
untuk melelebihkan intensiti membaca, memahami dan mengikuti
tuntutan Al Quran . Mustahil orang akan bertaqwa kalau tidak mengkaji Al-
Qur'an. Ketiga, memperhatikan aturan-aturan Allah dan tidak dilanggar
agar terbentuk kedisiplinan diri untuk tidak menyeleweng dari garis
ketentuan Allah. Keempat, beri'tikaf di masjid pada 10 hari terakhir yang
menandakan dekatnya hubungan kita dengan Allah karena selalu berada
di dalam masjid, dengan jalan zikir, ibadah dan tafakur.